Dalam tulisan saya kali ini untuk merefleksi tulisan tangan-tangan jahil yang beredar dimedsos. Dalam tulisan tersebut salah satunya membahas tentang kasta Kaomu dan Walaka.
Sepenggal saya copy paste tulisan yang menjadi objek kita sbb :
"Pada masa Tongka Allamu di kenalkan Ragi yaitu Sarung Tenun berbeda warna dan motif sebagai identitas dari masing-masing rumpun keluarga berdasarkan kelas sosialnya antara Kaomu (Bangsawan), Walaka (yang di tokohkan), dan Papara (masyarakat biasa)" red.
Katanya pada masa pemerintahan Tongka Allamu kasta Kaomu dan Walaka sudah ada di Kerajaan Kaledupa yang ditandai dengan Ragi (motif) Furai (sarung). Berdasarkan manuskrip sejarah Kaledupa Tongka Allamu memerintah pada tahun 1260 - 1310 M. Ini berati bahwa menurut penulis ia mengklaim kasta Kaomu dan Walaka itu adalah milik Kerajaan Kaledupa, walaupun sebenarnya klaim ini tanpa didasari oleh bukti yang kuat.
Strata sosial dalam kehidupan bermasyarakat sejak dahulu seakan menjadi sebuah kebutuhan identitas pribadi maupun kelompok. Sebagaimana kelompok masyarakat lainnya dalam satu naungan sistem peradaban sejarah pasti memiliki identitas tersendiri. Sama halnya Buton dan Kaledupa sebagai sekumpulan masyakat yang berbudaya dengan sejarah tersendiri juga memiliki strata sosial sebagai identitas.
Dalam peradaban masyarakat Kaledupa masa lampau, pembagian strata sosial atau kasta ini kita kenal dengan istilah 'Henangkara' untuk golongan bangsawan, 'Mia Lele' untuk golongan masyarakat biasa, dan 'Tudhu'a' untuk golongan budak. Tetapi khusus untuk penggolongan kasta Kaledupa ini, saya selaku penulis harus melakukan penelusuran lebih dalam lagi untuk menambah dan menguatkan referensi yang sudah ada.
Sedangkan dalam peradaban masyarakat Buton masa lampau sampai hari ini, pembagian strata sosial dikenal dengan istilah 'Kaomu' untuk golongan bangsawan manga ana, 'Walaka' untuk golongan bangsawan manga ama, 'Papara' untuk golongan masyarakat biasa dan 'Maradhika' untuk golongan budak. (Takdir)
pembagian strata sosial dikenal dengan istilah 'Kaomu' untuk golongan bangsawan manga ana, 'Walaka' untuk golongan bangsawan manga ama, 'Papara' untuk golongan masyarakat biasa dan 'Batua' untuk golongan budak.
Akan tetapi ada sebagian berpendapat bahwa Batua bukanlah budak tapi untuk menyebut papara yang berasal dari luar wolio dan menetap di Buton. (Tony Rudiansjah. Jurnal Antropologi No. 52 UI)
Pengkategorian kasta seseorang didasarkan pada Kamia. Kata Kamia berasal dari akar kata “Ka” dan “Mia”. Ka berarti kekuatan, dan mia berarti manusia. Golongan Kaomu dinisbatkan pada keturunan Wa Kaa Kaa sebagai pendiri Kerajaan Buton, sedangkan golongan Walaka dinisbatkan untuk keturunan Mia Patamiana sebagai pendiri komunitas komunitas Buton. (Yusran Darmawan. Orang Buton dan Imajinasi Sejarah. Thesis UI)
Siapa kasta dari golongan Kaomu dan Walaka ini ?
1. Kaomu
Kaomu merupakan golongan yang sering memperkenalkan dirinya sebagai keturunan raja pertama kerajaan Buton. Wa Kaa Kaa adalah nama yang sering disebut sebagai leluhur mereka yang menjadi inti pembeda antara Kaomu dengan yang lain. Seseorang dapat diakui sebagai seorang berkasta Kaomu ketika ia dapat membuktikan dirinya dengan dua cara.
Pertama, apakah ia memiliki hubungan darah atau dapat menulusuri silsilahnya sampai ke Wa Kaa Kaa dan Sibatara. Oleh karena itu, menghafal nasab dalam ingatan atau tulisan patut dilakukan demi menjaga silsilah agar tidak terjadi pengklaiman.
Cara kedua, apakah ia keturunan dari para raja Siolipuna dan empat wilayah atau Barata Patapalena yang bergabung ke dalam wilayah Kesultanan Buton. Yang dalam perjalanan sejarah, keturunan Raja Siolipuna dan Lakina Barata Patapalena tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kategori Kaomu. (Yusran Darmawan. Orang Buton dan Imajinasi Sejarah. Thesis UI)
2. Walaka
Walaka merupakan golongan yang memperkenalkan dirinya sebagai keturunan Mia Patamiana (Si Panjongan, Si Jawangkati, Si Tamanajo dan Si Malui). Mia Patamiana kemudian mendirikan Pata Limbona yaitu Baluwu, Peropa, Barangkatopa dan Gundu - Gundu. Seiring perjalanan sejarah kemudian bertambah 5 limbo lagi yang terdiri dari Gama, Siompu, Wandailolo, Rakia, dan Melai, yang keseluruhannya terletak didalam Benteng Keraton Buton.
Sejak kapan pembagian strata sosial ini terjadi ?
Pembagian strata sosial ini belum ada pada masa awal pembentukan Pata limbona dan kerajaan Buton. Pembagian strata sosial ini dilakukan oleh Dayanu Ikhsanuddin dengan membagi kasta Kaomu menjadi 3 golongan yaitu sbb :
1. Dayanu Ikhsanudin bersama keluarganya dan keturunannya masuk ke dalam golongan Tanailandu
2. Lakina Mancuana Kumbewaha beserta keluarga dan turunannya masuk ke dalam golongan Kumbewaha
3. Kenepulu Bula beserta keluarga dan keturunannya masuk ke dalam golongan Tapi - Tapi. (Prof La Niampe)
Setelah pembagian golongan Kaomu menjadi 3 golongan yang kemudian dikenal dengan sebutan Kamboru - Mboru Talupalena sehingga 3 jabatan terpenting hanya dapat dijabat dari golongan Kamboru Mboru terutama jabatan Sultan. Sejak masa pembagian ini diberlakukan hanya Kaomu yang murni berasal dari dalam wilayah keraton Buton saja yang memiliki hak untuk menduduki tiga golongan ini. Sedangkan golongan Walaka dibagi menjadi 9 kampung (Siolimbona).
Pada tahun 1635 M Kerajaan Kahedupa mulai terintegrasi menjadi barata Kahedupa sebagai bagian dari wilayah Kesultanan Buton, sejak saat itulah 2 kasta ini di impor oleh Buton ke Kaledupa. Artinya bahwa jika ada yang mengklaim bahwa kasta Kaomu dan Walaka sudah ada di Kaledupa sebelum bergabung dengan Kesultanan Buton itu hanyalah klaim yang tidak berdasar.
--------- disusun oleh : Ahmad Daulani
Komentar
* tntng sejarah masarakat Kaedupa versi nenek dan paman mertua sy demikian jg .
*tentang sejarah spesifikasi sosial masarakat Adat Wolio , yap , kurang lebih nya sprti yg diurai di atas .
sebagai catatan . dlm masyarakat adat Buton secara menyeluruh klompok budak tdk ada dlm masyarakat Buton . Di masa lalu klompok Budak di ambil dari luar Buton dgn beberapa cara , salah satunya adalah di beli atau pampasan yg setelah hukum islam berlaku , klompok2 ini dlm masarakat adat Buton mengenal dgn sebutan halus Maradika ( org2 yg dimerdekakan )
PAPARA adalah istilah spesifikasi Sosial masarakat adat Buton ( 70 kadie di masa Dayanu iksanudin )
1 . kadie Kaomu
2. kadie Walaka
3. Kadie Papars berjumlah 70 yg pada masa masa selanjutnys mengalami perkembangan.