Langsung ke konten utama

La Ode Djapu Yarona Lakina Sabanjara Barata Kahedupa Terakhir


Beberapa hari lalu saya membuka-buka album tua yang tersusun apik dalam lemari, setelah membuka beberapa album sayapun menemukan 3 lembar foto. Seseorang yang ada dalam ke 3 foto tersebut adalah orang yang sama, namun  dengan raut wajah yang berbeda-beda menggambarkan bahwa ketiga foto ini diambil pada tahun yang tidak bersamaan. Sosok yang ada dalam foto itu adalah La Ode Djapu kakek buyut saya. Tersentak pikiran saya akan kenangan semasa ia hidup. Yang masih terekam dalam memori kolektif anak cucu dan cicitnya adalah didikannya yang keras ala militer. 

La Ode Djapu akrab disapa dengan nama La Ata Biru. Ia menjabat sebagai Miantu’u Sabanjara Barata Kahedupa terakhir semasa pemerintahan Lakina Kahedupa La Ode Maundu (Yaro Kahedupa). Saat itu Barata Kahedupa masih berdiri sebagai sistem pemerintahan walaupun intervensi pemerintahan Belanda mulai masuk dalam tatanan pemerintahan Kesultanan Buton tidak terlepas di Barata Kahedupa. 

Sabanjara adalah salah satu jabatan dalam Sara Barata yang hanya bisa dipimpin oleh bangsawan ber Trah Kaomu. Yang menduduki jabatan Sabanjara disebut Miantu’u Sabanjara. salah satu tugas dan kewenangan Miantu’u Sabanjara adalah menjaga dan mengawasi kedaulatan laut teritorial Barata Kahedupa. 

Dalam keikut sertaannya untuk bergabung dalam kesatuan bersenjata resmi atau kelaskaran yang diakui oleh pemerintahan RI dengan berperan secara aktif dalam peperangan membela dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada agresif Belanda kedua, mengantarkan La Ode Djapu masuk dalam barisan salah satu penerima Tanda Kehormatan Veteran Republik Indonesia.

La Ode Djapu adalah anak dari La Ode Kassimu dan Wa Ode Tua. Wa Ode Tua merupakan bangsawan bertrahkan Kumbewaha dari jalur La Ode Mpafa bin La Ode Ndolopu bin Mancuana Kaluku Bula bin La Ode Wiridi bin La Jampi Oputa Galampa Batu. Sedangkan dari jalur ayahnya La Ode Kassimu merupakan bangsawan Kaomu yang ber trah kan “Tanailandu” dari jalur bapaknya yang bernama La Ode Mane (Yarona Lakina Sulujaju) dari bapaknya La Ode Idirisi Maa Lakoci Lakina Burukene Mancuana dari bapaknya La Tangkaraja dari bapaknya Laelangi Oputa Mobholina Pauna.

La Ode Kassimu memiliki 4 orang istri, 2 di Kaledupa, 1 di Muna dan 1 di Salabangka (di Salabangka ia merubah namanya menjadi La Ode Mangarabu). Dari istri di Muna tidak memiliki anak, dari istri di Salabangka memiliki seorang anak perempuan (namanya saya lupa tapi sudah pernah ketemu cucunya), dari istri pertama di Kaledupa memiliki empat orang anak yaitu ; Wa Ode Rassia, La Ode Abudini, Wa Ode Abe dan Wa Ode Pole. Sedangkan dari istrinya Wa Ode Tua yaitu La Ode Djapu dan Wa Idha. 

La Ode Djapu memiliki istri 2 orang. Istri pertamanya adalah Wa Ode Maniija anak pertama dari La Ode Aidi dan Wa Aja. La Ode Aidi adalah anak dari La Ode Nggolopu. Dari pernikahan La Ode Djapu dengan Wa Ode Maniija, memiliki 11 orang anak yaitu : Ld Oda, Ld Musula, Ld Masalisi, Ld Kaimuddini, Wd Harusa, Ld Ampo, Ld Saharu, Wd Mutia, Ld Nunu, Ld Mbiu dan Ld Djumaiddin. Dan dari pernikahan La Ode Djapu dengan Wa Lohi memiliki 2 orang anak bernama Wd Mungki dan Wd Munaeni. Total anak La Ode Djapu 13 orang bersaudara dari 2 ibu. Dari anaknya Ld Kaimuddini lahirlah ayah saya La Alimaaji (Al Majid).

La Ode Djapu meninggal di Kaledupa dan dimakamkan di Tioma Patua, semoga belia dilapangkan kuburnya, diampuni segala dosanya dan diterima segala amal ibadahnya. 

Oleh : Ahmad Daulani

Komentar

La Ane mengatakan…
Dimana mana ada turunan La Ode ngkorido bin la Ode wua bin la Ode wiridi bin Sultan la badaru .... Tolong dibetulkan
Ahmad Daulani mengatakan…
La Ane iya betul jou La Ode Ngkurodo (Wa Uwa yi Balante) bin La Ode Wua (Poo Malanga) bin La Ode Wiridi (Ma Majene Yarona Labalawa) bin La Badaru (Lakina agama mancuana) bin La Jampi (Oputa Galampa Batu).
Turunanx tersebar dimana2 soalnya banyak sekali terutama dari jalur La Ode Ngkurodo
La Ane mengatakan…
Ahmad Daulani mantap jou la badaru/ Oputa lakina agama ana bin la jampi / Oputa lakina agama mancuana bin la Ode kayili/yarona Labora ... Tolong dibetulkan jou
La Ode nkorodo turunanya menyebar disemua daratan Buton dan pulau pulau sekitarnya ...
Ahmad Daulani mengatakan…
La Ane apakah tdk sedikit keliru jou La Badaru itu Oputa Lakina agama mancuana kemudian menikah dgn anak Sangia Lampenana anaknya adl Oputa Lakina agama ana atau La Ode Muhammad idrus sultan ke 33
La Ane mengatakan…
Ahmad Daulani .. mungkin coba kita cari ulang Sultan ke 24 La jampi setelah mengundurkan diri dari Sultan karena faktor usia maka sara mengangkat beliau menjadi lakina agama sehingga Mashur dgn sebutan Oputa lakina agama mancuana untuk membedakan dgn anakx la badaru sultan ke 27 setelah mengundurkan diri sara m mengangkat juga beliau menjdi lakina agama dan Mashur dgn sebutan Oputa lakina agama ana utk membedakan bapk dan ana .. .
Ahmad Daulani mengatakan…
La Ane kalau dalam silsilah kami jou, La Jampi ini adl Oputa galampa batu sultan ke 24, La Jampi menikah dgn anak Langkarii ri Sangia yi manuru memiliki anak La Badaru Oputa Lakina agama mancuana, La Badaru menikah dgn anak Sangia yi lampenana memiliki anak diantaranya La Wiridi Ma Majene Yarona Labalawa dan Muh. Idrus Oputa Lakina agama ana sulta ke 33 atau 32 sy agak lupa dstu
La Ane mengatakan…
Ahmad Daulani sy jg akan buka kembali silsilah spya kt konekan jou... La jampi sultan 24 galampa batu atau Oputa mosabuna yi rakus atu Oputa lakina agama mancuana atu sultan ksimuddin memerintah 1763-1788 dan la badaru atu badaruddin atu Oputa lakina agama ana atau sultan dayanu asraruddin sultan ke 27 1799-1822 mohon dikoreksi jou
Anonim mengatakan…
La Ane baik nanti kita konekkan jou, sy juga akan buka kembali silsilah
Ahmad Daulani mengatakan…
La Ane baik nanti kita konekkan jou, sy juga akan buka kembali silsilah
La Ane mengatakan…
Ahmad Daulani maaf Oputa mosabuna yi rakia
La Ane mengatakan…
Ahmad Daulani siap jou... 🙏🙏

Postingan populer dari blog ini

KAKADHO BHAA LASUNA

sumber foto : istimewa Meskipun makam ini sekarang tampak tak terurus dan sudah banyak yang melupakannya namun sosok yang ada dibaliknya adalah sosok yang sangat legendaris dan sangat mengemuka di negeri Kahedupa, negeri Buton dan negeri Pancana Muna pada akhir abad ke 16 Masehi.  Di Kahedupa ia bernama La Tingku, ia adalah salah satu bangsawan Kahedupa yang memimpin wilayah Tombuluruha. Ia juga dikenal sebagai ahli perang yang sangat handal sehingga di Kahedupa juga ia dikenal dengan nama Kakadho Tombuluruha.  Sezaman dengan La Tingku yang memimpin Tombuluruha, Kahedupa dimasa itu dipimpin oleh raja La Molingi sementara Buton di pimpin oleh Sultan Laelangi. Jauh sebelum masa itu sejatinya telah terbentuk persekutuan pertahanan keamanan baik keamanan luar maupun di dalam negeri yang terdiri dari 5 kerajaan yang digagas oleh Sultan Murhum. Persekutuan tsb dikenal dengan persekutuan BHARATA dengan Buton sebagai sentralnya. Kelima negeri itu adalah Buton, Kahedupa, Muna, Kolencusu dan Tiw

Kahedupa dan Sejarah Terintegrasinya

Jejak kerajaan Kahedupa masa lampau masih menyisakan banyak misteri sampai sekarang. Kahedupa yang awalnya adalah wilayah Sara-Sara Fungka (kepemimpinan Komunal) yang mana masyarakatnya menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme.  Kehidupan masyarakat Kahedupa pada zaman itu mendiami perbukitan/gunung (Fungka). Kehidupan masyarakat Kahedupa masih dibawah kendali Tetua sara-sara fungka yang terbagi menjadi tiga wilayah kekuasaan yaitu wilayah fungka Pangilia, wilayah fungka Patua dan wilayah fungka Horuo.  Serewaha adalah tetua wilayah fungka Pangilia, La Rahmani adalah tetua wilayah fungka Patua Bente dan Ta’ayomi adalah tetua wilayah fungka Horuo. Dari ketiga tetua sara-sara fungka yang pertama kali masuk islam adalah La Rahamani. Sebab La Rahamanilah yang banyak berinteraksi dengan orang-orang dari luar Kahedupa karena pelabuhan sentral pulau Kahedupa saat itu berada di sampua Buranga yang notabene adalah wilayah fungka Patua. Banyak yang keluar masuk melalui sampu'a Buranga Rom

Benteng Pale'a sebagai Pusat Peradaban Kaledupa

sumber foto : istimewa   Oleh : Ahmad Daulani Sama seperti kerajaan pada umumnya, Kaledupa yang memiliki histori panjang sebagai kerajaan vasal juga memiliki banyak peninggalan sejarah yang belum terungkap. Diantaranya benteng dan bukti fisik lainnya yang menurut masyarakat setempat memiliki peran dan makna penting dalam sejarah peradaban Kaledupa. Dipulau Kaledupa terdapat beberapa benteng peninggalan peradaban masa lampau yang menjadi warisan leluhur sebagai saksi sejarah sebagai hasil karya yang sangat mengagumkan oleh manusia sekarang. Ada 2 benteng besar yang masih tersisa meskipun sebagain sudah mengalami kerusakan karena dimakan usia dan tidak terawat lagi yaitu benteng Pale'a sebagai jejak peradaban Kaledupa sebagai kerajaan dan benteng Ollo sebagai jejak Kaledupa sebagai barata Kahedupa yang telah terintegrasi sebagai bagian dari wilayah kesultanan Buton. Benteng Pale'a sekarang terletak di desa Pale'a kecamatan Kaledupa Selatan Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara