Oleh : Ahmad Daulani
Beberapa tahun lalu saya menyempatkan diri untuk berziarah ke salah satu makam tua yang terlerak di desa Tampara kec. Kaledupa Selatan Kab. Wakatobi. Tepatnya makam ini terletak sekitar 1 km diseblah Utara dari jembatan Miranda (Labusa Tumpua Nularo pernah orang menyebutnya).
Makam itu belum terlalu lama diketahui oleh masyarakat Kaledupa secara luas bahwa makam tersebut adalah makam Raja Kerajaan Kahedupa yang ke 6 yang bernama La Ulepe. Dia (La Ulepe) menikah dengan seorang tuan putri yang bernama Wa Mauddu. Wa Mauddu adalah anak dari Imamu Fadha (raja ke 5) buah pernikahannya dengan putri Siratal (Wa Ntaa). La Ulepe Dinobatkan menjadi raja menggantikan ayah mertuanya pada tahun 1490 - 1525 M.
Setelah berziarah saya langsung berbincang-bincang dengan salah seorang tokoh budaya Kaledupa, menurut beliau La Ulepe adalah anak Kijula dari Buton. Lalu saya bertanya lagi kepada beliau "Kalau La Ulepe itu adalah anak dari Kijula siapa nama ibunya" tapi ternyata beliau tidak tau siapa ibu dari La Ulepe.
Dalam beberapa tulisan yang pernah dirilis saya belum menyimpulkan bahwa La Ulepe adalah anak dari Kijula sebab saya belum melakukan penelusuran lebih lanjut tentang hal tersebut.
Belakangan ini saya membaca sebuah tulisan yang salah satu muatannya agak relevan dengan tulisan saya sekarang. Dalam tulisan tersebut penulis yang katanya sih dia ahli sejarah dan hebat dalam menulis dan telah menyimpulkan bahwa La Ulepe adalah anak dari Kijula. Dalam tulisan tsb penulis dengan gagap gempita menyampaikan bahwa apa yang ditulisnya adalah sebuah fakta sejarah yang hakiki karena sudah mencantumkan sumbernya.
Tahun lalu saya melanjutkan penelusuran saya terkait silsilah La Ulepe. Karena informasi awal yang saya dapatkan adalah ayah La Ulepe dari Buton maka saya langsung kerkunjung ke Buton dan Bau-Bau untuk mencari informasi tambahan. Dalam pencarian selama di Buton saya menemukan titik terang informasi dari salah satu sumber yang sangat terbuka untuk diskusi. Maksudnya beliau tidak menjawab pertanyaan yang saya ajukan dengan jawaban "tidak semua pertanyaan harus saya jawab" atau dengan jawaban "nanti anda datang ke sekretariat kami karena saya adalah ......😃😃" tapi beliau begitu tanggap dan santun bahkan memperlihatkan bukti dokumen yang relevan, semoga Beliau senantiasa dalam lindungan Allah.
Dalam diskusi singkat kami saya mengetahui bahwa Kijula yang dimaksud oleh penutur di Kaledupa itu dalam dokumen Buton adalah Kiai Jola. Kiai Jola adalah anak dari 4 bersaudara yaitu Tua Maruju dan Raja Manguntu, Tua Rade dan Kiai Jola. Mereka berempat merupakan anak dari Batara Guru dan Waylun Cugi.
Kiai Jola kemudian menikah dengan Wa Randea anak Sangia Riarana dan Wagunu. Dalam naskah Buton Kiai Jola hanya memiliki anak yang bernama Watuba Pala.
Bantahan dari Buton bahwa Kiai Jola atau Kijula berdasarkan manuskrip sejarah Buton La Ulepe bukanlah anak Kijula karena ia (Kijula) tidak memiliki anak selain Watuba Pala karena Kiai Jola tidak memiliki istri dan selir selain Wa Randea. Bukti dokumen masih tersimpan rapi dikeraton Buton.
sumber foto : istimewa Meskipun makam ini sekarang tampak tak terurus dan sudah banyak yang melupakannya namun sosok yang ada dibaliknya adalah sosok yang sangat legendaris dan sangat mengemuka di negeri Kahedupa, negeri Buton dan negeri Pancana Muna pada akhir abad ke 16 Masehi. Di Kahedupa ia bernama La Tingku, ia adalah salah satu bangsawan Kahedupa yang memimpin wilayah Tombuluruha. Ia juga dikenal sebagai ahli perang yang sangat handal sehingga di Kahedupa juga ia dikenal dengan nama Kakadho Tombuluruha. Sezaman dengan La Tingku yang memimpin Tombuluruha, Kahedupa dimasa itu dipimpin oleh raja La Molingi sementara Buton di pimpin oleh Sultan Laelangi. Jauh sebelum masa itu sejatinya telah terbentuk persekutuan pertahanan keamanan baik keamanan luar maupun di dalam negeri yang terdiri dari 5 kerajaan yang digagas oleh Sultan Murhum. Persekutuan tsb dikenal dengan persekutuan BHARATA dengan Buton sebagai sentralnya. Kelima negeri itu adalah Buton, Kahedupa, Muna, Kolencusu dan Tiw
Komentar