Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2021

Kaomu dan Walaka (Sebenarnya kasta milik siapa ?)

Dalam tulisan saya kali ini untuk merefleksi tulisan tangan-tangan jahil yang beredar dimedsos. Dalam tulisan tersebut salah satunya membahas tentang kasta Kaomu dan Walaka. Sepenggal saya copy paste tulisan yang menjadi objek kita sbb : "Pada masa Tongka Allamu di kenalkan Ragi yaitu Sarung Tenun berbeda warna dan motif sebagai identitas dari masing-masing rumpun keluarga berdasarkan kelas sosialnya antara Kaomu (Bangsawan), Walaka (yang di tokohkan),  dan Papara (masyarakat biasa)" red. Katanya pada masa pemerintahan Tongka Allamu kasta Kaomu dan Walaka sudah ada di Kerajaan Kaledupa yang ditandai dengan Ragi (motif) Furai (sarung). Berdasarkan manuskrip sejarah Kaledupa Tongka Allamu memerintah pada tahun 1260 - 1310 M. Ini berati bahwa menurut penulis ia mengklaim kasta Kaomu dan Walaka itu adalah milik Kerajaan Kaledupa, walaupun sebenarnya klaim ini tanpa didasari oleh bukti yang kuat. Strata sosial dalam kehidupan bermasyarakat sejak dahulu seakan menjadi sebuah kebutu

Tua Tumbua

Oleh : Ahmad Daulani Menimbulkan misteri besar dalam benak generasi muda kaledupa yg melihat makam berlambang salib tersebut. Makam ini terletak di desa kalimas (ngolo) kec. Kaledupa. Saat pertama kali mendengar cerita ttg kuburan tsb kami sempat terpikir apakah di Kaledupa pernah masuk ajaran kristen ? Namun setelah melakukan penelusuran lebih lanjut kami menemukan fakta bahwa makam tersebut bukanlah penanda masuknya ajaran kristen di pulau kaledupa. Makam ini adalah makan pimpinan kompeni yang menduduki kaledupa dalam masyarakah lokal ia dikenal dengan nama TUA TUMBUA. Penjajah belanda (kompeni) pertama kali masuk ke Kaledupa pada tahun 1909. Ia merupakan pimpinan terakhir kompeni yang berkantor di Buranga Menurut para penutur Tua Tumbua meninggal karena terbunuh pada tahun 1919, akibat dominasi pemerintahan belanda dibawah komando Tua Tumbua yang makin melemahkan peran Lakina Kahedupa sebagai pimpinan tertinggi Barata Kahedupa yang bertanggung jawab diwilayah Timur kesultanan Buton

Misteri La Ulepe

Oleh : Ahmad Daulani Beberapa tahun lalu saya menyempatkan diri untuk berziarah ke salah satu makam tua yang terlerak di desa Tampara kec. Kaledupa Selatan Kab. Wakatobi. Tepatnya makam ini terletak sekitar 1 km diseblah Utara dari jembatan Miranda (Labusa Tumpua Nularo pernah orang menyebutnya). Makam itu belum terlalu lama diketahui oleh masyarakat Kaledupa secara luas bahwa makam tersebut adalah makam Raja Kerajaan Kahedupa yang ke 6 yang bernama La Ulepe. Dia (La Ulepe) menikah dengan seorang tuan putri yang bernama Wa Mauddu. Wa Mauddu adalah anak dari Imamu Fadha (raja ke 5) buah pernikahannya dengan putri Siratal (Wa Ntaa). La Ulepe Dinobatkan menjadi raja menggantikan ayah mertuanya pada tahun 1490 - 1525 M. Setelah berziarah saya langsung berbincang-bincang dengan salah seorang tokoh budaya Kaledupa, menurut beliau La Ulepe adalah anak Kijula dari Buton. Lalu saya bertanya lagi kepada beliau "Kalau La Ulepe itu adalah anak dari Kijula siapa nama ibunya" tapi ternyata

Benteng Pale'a sebagai Pusat Peradaban Kaledupa

sumber foto : istimewa   Oleh : Ahmad Daulani Sama seperti kerajaan pada umumnya, Kaledupa yang memiliki histori panjang sebagai kerajaan vasal juga memiliki banyak peninggalan sejarah yang belum terungkap. Diantaranya benteng dan bukti fisik lainnya yang menurut masyarakat setempat memiliki peran dan makna penting dalam sejarah peradaban Kaledupa. Dipulau Kaledupa terdapat beberapa benteng peninggalan peradaban masa lampau yang menjadi warisan leluhur sebagai saksi sejarah sebagai hasil karya yang sangat mengagumkan oleh manusia sekarang. Ada 2 benteng besar yang masih tersisa meskipun sebagain sudah mengalami kerusakan karena dimakan usia dan tidak terawat lagi yaitu benteng Pale'a sebagai jejak peradaban Kaledupa sebagai kerajaan dan benteng Ollo sebagai jejak Kaledupa sebagai barata Kahedupa yang telah terintegrasi sebagai bagian dari wilayah kesultanan Buton. Benteng Pale'a sekarang terletak di desa Pale'a kecamatan Kaledupa Selatan Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara

La Donda, Jejak Orang Mongol di Kahedupa

sumber foto : Pusaka Barata Kahedupa   Oleh : Ahmad Daulani Bangsa Mongol adalah masyarakat nomaden yang berasal dari pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai Siberia Utara, Tibet Selatan dan Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan yang mempunyai dua putra kembar bernama Tar Tar dan Mongol. Dari kedua orang inilah yang melahirkan dua suku bangsa besar yaitu Mongol dan Tar Tar. Dalam  kurun waktu yang cukup lama bangsa Mongol bertahan dengan menjalani kehidupan yang sangat sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah pindah dari tempat satu ketempat yang lain, mengembala dan hidup dari hasil buruan. Sebagaimana bangsa nomaden pada umumnya, orang orang Mongol mempunyai watak yang kasar, suka berperang, dan berani menghadang maut demi mencapai keinginanya. Bangsa Mongol juga dikenal dengan kesetiaan dan kepatuhan terhadap pemimpin mereka. (M. Abdul Karim, Islam di Asian Tengah ; Sejarah Dinasti Mongol) Pada mulanya keyakinan yang di anut bangs