Langsung ke konten utama

Postingan

KANTOLALO

Dalam landschape peradaban masa lampau selalu merekam nama-nama pelaku sejarah yang menjadi penaut hubungan beberapa kerajaan. Tapi tidak sedikit juga yang tidak populer karena minimnya literatur yang telah menjajaki mereka. Sama seperti wilayah lainnya Sulawesi Tenggara juga terdapat tokoh-tokoh sejarah yang kisahnya tercatat dalammlembaran-lembaran kertas sebagai alat perekam masa lampau, padahal memiliki peran dan andil besar dalam menoreh kisah sejarah, Salah satunya adalah Kantolalo. Ia merupakan keturunan trah bangsawan kerajaan Muna yang banyak berdiaspora dengan wilayah-wilayah kerajaan lain di Sulawesi Tenggara. Kantolalo dinobatkan menjadi Lakina Barata Wuna ke – 11 (dihitung dari Lakina Muna La Posasu atau Kobangkuduno dan 2 soloweta raja) atau raja Muna ke 18 (dihitung dari Raja Muna Mancuana Bheteno Ne Tombula). Ia menjabat sebagai Lakina Muna pada sekitar tahun 1759-1764 Masehi menggantikan ayahnya Omputo Sangia. Sebenarnya sebelum dirinya dinobatkan sebagai Lakina Muna a
Postingan terbaru

Tradisi Temba'a Nu Komba dan Memori Ramadhan di Kaledupa

Oleh : Ahmad Daulani Kemarin pada tanggal 22 Maret pemerintah RI melalui kementrian Agama RI bersama beberapa ormas Islam melakukan sidang isbat dengan metode rukyatul hilal untuk menentukan satu Ramadhan secara resmi. Rukyatul hilal atau memantau bulan biasanya pada akhir bulan Sya’ban dan akhir bulan Ramadhan lazimnya dilakukan dibeberapa titik yang dianggap strategis utuk memantau hilal atau bulan. Jika terlihat bulan maka sidang isbat Kemenag akan memutuskan dan mengumumkan  puasa 1 Ramadhan. Dahulu hal serupa juga rutin dilakukan oleh sara bharata Kahedupa melalui sara Fofine (Sara Agama) bharata Kahedupa, pada masa ini rukyatul hilal disebut dengan Tembaana nu Komba. Walaupun tradisi ini kini telah sirna segala-galanya tanpa bekas. Tradisi Tembaa nu Komba akan dilaksanakan oleh dewan Sara Fofine di masjid Agung Bente sebagai masjid raya bharata Kahedupa. Dewan sara Fofine tersebut terdiri dari Lakina Agama, imamu Kahedupa, Khatibi Kahedupa, Moji Tombuluruha, Moji Kifolu, Moji Tam

KALEDUPA DALAM ANCAMAN INVASI

  Kaledupa (Kahedupa) sebagai salah satu wilayah pertahanan Luar kesultanan Buton, dalam menjalankan fungsi dan tata kelola pemerintahan tidaklah selalu berlangsung mulus, damai dan tertib saja. Namun sering diperhadapkan dengan masalah-masalah khususnya keamanan dan pertahanan baik internal maupun eksternal.  Kahedupa sebagai sentral pemerintahan Barata Kahedupa yang terbentang dari Moromaho sampai Batuatas sebagai wilayah dan teritorial keamanannya dahulu yang membawahi 18 kadie dan limbo, pernah diperhadapkan dengan ancaman yang datang dari internal kuasanya sendiri, diantaranya adl mendamaikan peramg saudara kadie Timubdan Waha di pulau Tomia dan adanya upaya kudeta terhadap Lakina (raja) Kahedupa oleh salah satu kadie yang berada dibawah naungannya.  Kahedupa juga selalu melibatkan diri sebagai bentuk dukungan terhadap sistem pertahanan kesultanan Buton dengan turut aerta dalam perang-perang yang Buton lakukan. Perang Buton-Ternate, perang Buton-Goa, perang Buton-Ambon bahkan Kahe

KEDUDUKAN BHARATA KAHEDUPA DALAM KESULTANAN BUTON

Secara geografis wilayah kesultanan Buton merupakan suatu gugusan pulau yang terletak di kawasan laut Banda dan laut Flores, yang diapit oleh dua wilayah kerajaan besar yaitu kerajaan Ternate dan kerajaan Gowa.  Pada masa pemerintahan sultan Murhum, kesultanan Buton bukan hanya menata urusan internal saja tetapi menggenjot pembangunan sistem pertahanan karena dalam kurun waktu tersebut Ternate dan Gowa mulai melancarkan pengaruhnya keluar wilayah mereka sendiri. Kesultanan Buton yang berada paling dekat dan strategis di antara mereka menjadi objek serangan utama. Dalam menghadapi ancaman-ancaman dari dua kerajaan besar tersebut, Sultan Murhum mendorong  pembangun dan mempersiapkan strategi pertahanan untuk melindungi wilayahnya. Pada masa pemerintahan Sultan Murhum, kesultanan Buton menjalin persekutuan bidang strategi dan pertahanan dengan kerajaan-kerajaan yang terletak di empat penjuru Buton untuk saling menjaga dan saling melindungi wilayahnya yakni kerajaan Kahedupa, kerajaan Muna

SEPENGGAL KISAH BENTENG PALE'A DAN BENTENG OLLO

Sumber foto : istimewa Sama seperti kerajaan pada umumnya, Kaledupa yang memiliki histori panjang sebagai kerajaan  juga memiliki banyak peninggalan sejarah yang belum terungkap. Diantaranya benteng dan bukti fisik lainnya yang menurut masyarakat setempat memiliki peran dan makna penting dalam sejarah peradaban Kaledupa. Dipulau Kaledupa terdapat beberapa benteng peninggalan peradaban masa lampau yang menjadi warisan leluhur sebagai saksi sejarah sebagai hasil karya yang sangat mengagumkan oleh manusia sekarang. Ada 2 benteng besar yang masih tersisa meskipun sebagain sudah mengalami kerusakan karena dimakan usia dan tidak terawat lagi yaitu benteng Pale'a sebagai jejak peradaban Kaledupa sebagai kerajaan dan benteng Ollo sebagai jejak Kaledupa sebagai barata Kahedupa yang telah terintegrasi menjadi bagian dari wilayah kesultanan Buton. Benteng Pale'a sekarang terletak di desa Pale'a kecamatan Kaledupa Selatan Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara . Benteng ini terletak dibu

SOMBANO, wisata dan sejarahnya

Selain pulau Hoga dengan hamparan luas pasir putihnya, pantai Peropa dan pantai Oa Nujafa, Kaledupa juga memiliki pantai cantik dan menarik lainnya yang dapat dikunjungi saat berwisata untuk memanjakan mata. Kaledupa yang merupakan salah satu Kawasan wisata juga memiliki pantai yg tak kalau indah di banding spot wisata lainnya. Pantai tersebut adalah Pantai Sombano atau yang lazim sekarang oleh masyarakat Kaledupa menyebutnya pantai "Taduno". Pantai Taduno terletak di sisi sebelah Barat pulau Kaledupa. Desa Sombano, Kecamatan Kaledupa, Kabupaten Wakatobi.  Pantai Taduno memiliki hamparan pasir putih bersih yang halus, vegetasi pantai yang padat nan indah menjadi tempat bersantai yang nyaman dikala senja. Menara mercusuar yang masih berdiri kokoh seolah mengawasi dengan seksama saat sang mentari perlahan tenggelam meninggalkan bias kemerahan di kaki langit, gemuruh ombak dan desiran angin menambah indahnya Pantai Taduno.  Sombano tidak hanya menyajikan keindahan pantainya saja

KAKADHO BHAA LASUNA

sumber foto : istimewa Meskipun makam ini sekarang tampak tak terurus dan sudah banyak yang melupakannya namun sosok yang ada dibaliknya adalah sosok yang sangat legendaris dan sangat mengemuka di negeri Kahedupa, negeri Buton dan negeri Pancana Muna pada akhir abad ke 16 Masehi.  Di Kahedupa ia bernama La Tingku, ia adalah salah satu bangsawan Kahedupa yang memimpin wilayah Tombuluruha. Ia juga dikenal sebagai ahli perang yang sangat handal sehingga di Kahedupa juga ia dikenal dengan nama Kakadho Tombuluruha.  Sezaman dengan La Tingku yang memimpin Tombuluruha, Kahedupa dimasa itu dipimpin oleh raja La Molingi sementara Buton di pimpin oleh Sultan Laelangi. Jauh sebelum masa itu sejatinya telah terbentuk persekutuan pertahanan keamanan baik keamanan luar maupun di dalam negeri yang terdiri dari 5 kerajaan yang digagas oleh Sultan Murhum. Persekutuan tsb dikenal dengan persekutuan BHARATA dengan Buton sebagai sentralnya. Kelima negeri itu adalah Buton, Kahedupa, Muna, Kolencusu dan Tiw