Langsung ke konten utama

Mesjid Agung Bente dan Makna Implisitnya

 
Oleh : Ahmad Daulani

Salah satu bukti penyebaran islam di Kahedupa (Kaledupa) adalah mesjid Agung Bente. Mesjid Agung Bente dibangun pada zaman Kerajaan Kahedupa yang sekarang terletak dalam salah satu benteng tua yang merupakan wilayah administrasi Limbo Ollo (Desa Ollo Selatan) kecamatan Kaledupa kabupaten Wakatobi sekarang. Mesjid tersebut dibangun karena semakin banyak masyarakat kahedupa yang memeluk agama islam saat itu sehingga langgar yang dibangun di Fungka Masigi yang digunakan sebagai tempat musyawarah dan beribadah tidak lagi mampu menampung masyarakat sekitar. Sehingga Raja Kahedupa dan sara agama bersepakat haruslah dibangun sebuah masjid untuk menjadi pusat penyebaran dan kajian ajaran islam.

Raja Kahedupa memerintahkan kepada Mansuana Hato Tompa (tokoh agama empat penjuru) untuk mencari lokasi pembangunan mesjid. Mansuana Hato Tompa kemudian melakukan perjalanan untuk mencari lokasi dari fungka masigi kearah siofa (barat) melewati Kollo Onitu – Sampalu Melangka – Fabheka Bahhili – Fabheka To’oge – Kaangi-angi – Bente. Kemudian disana mansuana hato tompa bersepakat bahwa di Bente merupakan lokasi yang cocok untuk pembangunan mesjid yang baru. Dengan lokasinya yang merupakan bukit tinggi dan langsung berhadapan dengan laut menjadi lokasi yang sangat strategis kala itu.

Sudah tidak ada yang tau pasti tentang tahun pembangunan mesjid namun terdapat batu berbentuk kura-kura tepat dipusat masjid sebelum bagian pinggir batu tertutup oleh lantai keramik saat direhab. Lambang kura-kura inilah yang diyakini oleh masyarakat Kahedupa yang merupakan satu-satunya lambang penahunan masa itu. Dari baru berlambang kura-kura tersebut ditemukanlah bahwa Mesjid Agung Bente dibangun sekitar tahun 1401 M. 1 pertama diambil dari jumlah batu berlambang kura-kura, kemudian 4 diambil dari 2 sirip depan dan 2 sirip belakang, 0 diambil dari punggung, 1 terakhir diambil dari garis vertikal kepala sampai ekor.

Bangunan mesjid Agung Bente berbentuk empat persegi seperti bentuk mesjid pada umumnya, Mesjid Agung Bente dibangun dengan fondasi yang agak tinggi untuk memperkuat dari goncangan, bahan bangunan dari batu karan, kapur dan telur. Bagian – bagian mesjid yang dibangun terdapat tuko belai’a berbentuk empat persegi dari kayu toha (kayu besi) yang berdiri diatas kepala manusia dengan pakaian adat masyarakat kahedupa( namun cerita tentang kepala manusia tersebut menjadi mitos dikarenakan tidak ada lagi sumber yang mampu menjelaskan secara detail), tangga, pintu jendela, tiang penyangga pembantu,goje-goje (bale-bale), Bosu (guci), beduk, tangga dalam, mimbar, mihrab dan kubah mesjid. Mesjid Agung Bente dibangun dengan hakekat kepercayaan dan budaya masyarakat lokal sehingga mesjid ini dianggap sakral oleh masyarakat setempat.

Keseluruhan bangunan mesjid berbentuk empat persegi dan mencakup tangga utama yang terdiri dari 7 anak tangga yang terdapat disisi kanan dan kirinya masing-masing satu buah Bhadili (meriam), diteras masjid terdapat depan sisi timur dan barat (umbosa-siofa) terdapat dua buah goje-goje (bale-bale) dan dua buah bhosu (guci), tuko kaba sebanyak 25 tiang, tuko belai’a tuko hu’u sebanyak 4 tiang yang berbentuk segi empat, hanya terdapat 1 buah pintu utama yang berdaun dua pada bagian timur (umbosa) 16 buah jendela yang terletak pada empat penjuru (hato tompa) yaitu : 4 buah njendela pada bagian timur, 4 jendela pada bagian barat, 4 jendela pada bagian selatan, 4 jendela pada bagian utara. Semua terbuat dari kau Toha (kayu besi). Didalam mesjid terdapat tangga dua tinggakt dan dibawah tangga tersebut terdapat 1 buah Ghanda (bedug) panjang 99 cm, mihrab yang sejajar dengan pintu utama yang tertutup kain putih, disisi kanan pintu masuk mihrab terdapat 1 buah mimbar yang tertutup kain putih.

Adapun makna implisit yang terkandung didalamnya adalah sbb :

Penempatan dua buah bhadili (meriam) disisi depan kanan dan kiri tangga utama merupakan pelanksanaan konsensus pemerintahan Kesultanan “Yinda-yindamo sara somanomo agama” biar hancur pemerintahan asal agama terselamatkan. Penempatan meriam tepat ditangga masuk merupakan simbol semangat perjuangan masyarakat Kahedupa dalam membela agama diatas kepentingan pemerintahan.

7 anak tangga utama mesjid melambangkan 7 lapis hakekat penciptaan.

Terdapat 2 buah bhosu (Guci) yang terletak disisi kanan dan kiri yang berisi air digunakan untuk berwudhu. 2 buah bhosu melambangkan dua buah payudara seorang ibu sebagai sumber kehidupan manusia.

Dua buah goje-goje ( bale-bale) yang digunakan sebagai berdizikir para sara yang melambangkan kasih sayang kedua orang tua

Eleppo kabaya (pintu dua daun) terbuat dari kau toha (kayu besi). Mesjid Agung Bente hanya terdapat 1 pintu masuk yang melambangkan bahwa pintu masuk islam hanyalah satu pintu yaitu bersyahadat. Dua daun pintu melambangkan dua kalimat syahadat

25 tuko kaba (saka rawa) yang berfungsi sebagai tiang penyangga pembantu yang melambangkan 25 jumlah nabi dan rasul diutusan Allah dalam menyampaikan Tauhid

4 Tuko Belai’a (saka guru) yang berfungsi sebagai tiang penyangga utama melambangkan 4 sahabat utama Rasulullah SAW yang mendukung penuh dakwah Nabi

15 tiang (galaga) yang menghubungkan tuko kaba dan tuko belai’a yang dipasang horizontal dan 9 tiang untuk membentuk Folita’a (reng). Sehingga semua kayu yang digunakan sebagai penghubung sebanyak 24 buah tiang ini berfungsi untuk merangkai dan memperkokoh bangunan mesjid yang melambangkan tulang rusuk manusia yang melindungi organ-organ penting pada manusia.

17 lubang jendela yang melambangkan 17 rakaat dalam shalat wardhu

Dua tingkat tangga dalam mesjid melambangkan dua macam jenis kelamin manusia

Ghanda (Bedug) sepanjang 99 cm yang diikat 3 lilitan dan memiliki 33 pasung untuk mengencangkannya. Panjang Ghanda melambangkan 99 asmaul husna, 3 lilitan melambangkan 3 jenis zikir yang disunnahkan setiap shalat dan 33 pasungnya melambangkan 33 jumlah yang harus dibaca dari setiap dzikir.

Mihrab yang ditutup oleh kain putih yang dibangun sejajar dengan pintu masuk yang secara bersamaan diartikan sebagai pintu masuk dan pintu keluar. Pintu utama melambangkan rahim dan mihrab yang ditutup kain putih diatasnya melambangkan liang lahat yang setiap memasukinya harus tertutup oleh kain putih.

Mimbar yang diletakkan didepan sisi kanan pintu masuk mihrab. Mimbar mesjid Agung Bente memiliki dua anak tangga untuk sampai ditempat duduk mimbar memiliki motif hias dibagian atas kemuncak mimbar bermotif sulur suluran berwarna hijau dengan dasar kuning polos. Pada bagian atas sisi kanan kiri mimbar terdapat tulisan Allah-Muhammad. Makan yang terkandung posisi diletakkannya mimbar memberi pesan bahwa Hukum Allah melalui risalah yang dibawa Rasulullah telah diamanhakan kepada umat manusia sebagai bekal memasuki pintu liang lahat. Dua anak tangga mimbar melambangkan hak dan bathil. Lafaz Allah SWT dan Muhammad SAW diatas sisi kanan dan kiri mimbar melambangkan jalan untuk membedakan hak dan bathil. Hiasan bermotif suluran suluran dikemuncak mimbar melambangkan seseorang yang tidak putus dari ajakan untuk menghambakan diri kepada Allah. Bendera berwarna hijau dan kuning polos yang dihiasi dengan motif benang bapintal melambangkan hijau adalah warna kesukaan Rasulullah dan kuning polos dan lambang kekuatan dalam falsafah masyarakat Kahedupa, sedangkan benar bapintal pada bendera melambangkan persatuan yang bersimpuh dalam kekuatan manusia sesuai tuntunan nabi. Kain putih penutup mimbar melambangkan sorban penutup kepala tokok agama

Bagian kerangka atap terdapat tingkat satu dan dua. Pada bagian tingkat satu tolofufu (usuk/kepala) dipasang seperti bentuk tumpang dengan teknik pemasangan seperti jeruji payung. Pada bagian kedua dipasangkan folita’a (reng) berbentuk empat persegi dan menaungi seluruh atap mesjid. Tingkat pertama (tolofufu) melambangkan keberadaan Allah yang tinggi yang melindungi Folita’a dengan bentuk jeruji payung untuk menaungi seluruh manusia dibawahnya.

Letak penting mesjid ini berkaitan dengan peristiwa - peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Kahedupa. Seperti berkaitannya dengan pemerintahan sebelum bergabung dengan Buton. Mesjid Agung Bente sebagai pusat penyebaran islam dan pusat kajian islam kerajaan Kahedupa kemudian menjadi pusat penyebaran dan pusat kajian islam untuk seluruh wilayah Bharata Kahedupa setelah bergabung dengan Buton.

Setelah Kerajaan Kahedupa bergabung dengan Kesultanan Buton maka status kerajaan berubah menjadi kesultanan. Saripati Baluwu yang merupakan utusan kesultanan Buton datang ke Kaledupa untuk merintis pembetukan Bharata Kahedupa dengan penugasan La Kasawari yang merupakan raja ke 11 (Sebelas) kerajaan Kahedupa sebagai Miantu’u pertama Bharata Kahedupa. Pada masa pemerintahan La Kasawari sebagai Miantu’u Bharata Kahedupa (1635-1673 M) melakukan renovasi pertama pada mesjid. Asal bahan renovasi pembangunan mesjid adalah hasil swadaya masyarakat Kahedupa, Wanci, Tomia, Binongko yang merupakan kadie-kadie (daerah) yang berada dibawah wilayah pemerintahan Bharata Kahedupa, karena Mesjid Agung Bente sudah menjadi mesjid Agung Bharata Kahedupa.

Bharata Kahedupa yang merupakan salah satu dari empat bharata Kesultanan Buton. Bharata Kahedupa merupakan konfederasi dari 18 kadie (daerah) yang terdapat sialimbo dilaro (sembilan daerah didalam pulau Kaledupa) sialimbo diliku (sembilan daerah ada diluar Kaledupa). 9 kadie yang ada dipulau Kaledupa yaitu Langgee, Laulua, Ollo, Fatole, Tapaa, Horuo, Tombuluruha, Tampara, Patua. 4 kadie dipulau wanci yaitu Liya, Mandati, kadie Wanse, kadie Kapota. 2 kadie ditomia yaitu Tongano dan Waha. Dan 3 kadie di Binongko yaitu Palahidu, Popalia dan Wali.

Komentar

Ahmad Daulani mengatakan…
https://bumisultra.com/news/read/4240-mesjid-agung-bente-dan-makna-implisitnya
Anonim mengatakan…
Alhamdulillah berdasarkan tulisan diatas berarti masjid bente seumur atau bersamaan dgn pembangunan masjid kesultanan demak bintoro. Dan yg lebih membanggakan saya sebagai masyrakat kaledupa teryata raja pertama kaledupa pada tahn 1260 sudah beragama islam yaitu Muhammad ndangi tongka allamu, itu artinya di wilayah nusantara kerj kaledupa sudah lebih dulu beragama islam dibanding pulau jawa krn pada masa itu dipulau jawa masih didominasi kerj hindu dan belum ada keraj islam antara lain: singosari, kediri, dan munculnya majapahit. Menurut catatan musafir maroko ibn batutatah kerj islam yg pernah dia singgahi di nusantara adalh ker pasai dgn rajanya yg sudah beragama islam Sultan malik al saleh. Mohon agar diadakan seminar tentang ini di kaledupa agar kami bisa lebih paham lagi dan bisa mengetahui sejarah kampung halaman tercinta berdasarkan sumber atau referensi yg jelas. Makasih
Ahmad Daulani mengatakan…
Bambang Dansa masya allah sy terkesima dgn komentarnya abangku yg satu ini, tulisan ini bagi sy seolah jadi laso utk memukul kuda agar berlari lebih kencang lagi. Memang mengungkap fakta sejarah bukanlah mudah terkadang membutuhkan penjelasan diluar logika utk melakukan pendekatannya.

Beberapa tulisan sy sbgmn mana telah mencantumkan beberapa penahunan utk setiap peristiwa yg bersumber dari beberapa maskah dan penutur, utk kemudian menjaga tulisan tersebut sesuai kaidah ilmiah. Sehingga akan menjadi pijakan awal bagi sy selaku penulis utk membuat hipotesa yg akan dikembangkan. Mmg sebagai pijakan awal akan terjadi banyak perdebatan tapi hal itu meruapakan sesuatu yg lumrah.

Sejarah masuknya islam ke nusantara mmg masih menjadi misteri misalnya ttg thn masuknya, secara umum kita dengar bhw masuknya islam ke nusantara dimulai dari negri pasai yg kemudian pada thn 1297 raja islam pertama di pasai adl Al Malik Al Saleh atau dikenal sbg Malikul Saleh.

Tapi dalam pencarian kami ttg sejarah masuknya islam di nusantara yg pemcarian ini merupakan pemgembangan dari tulisan sy sebelumnya utk mencari jawaban. Bahwa

1. Menurut hasil penelitian W.P. Grinevel, Notes on the malay Archipelago and malacca yg dipetik oleh Sir Thomas Arnold bhw islam masuk di nusantara pd thn 684 M yaitu krn ditemukannya makam seorg pemimpin dari 1 koloni org arab dipantai pulau sumatra sebelah barat.

2. Catatan peneliti tiongkok yg menyatakan bhw di Kho'po ada sebuah kerajaan bernama Holing yg pada thn 674-675 diangkat seorang perempuan menjadi ratu bernama SI MA. Dlm rangka penelitian sejarah2 kuno indonesia tlh dpt ditafsirkan bhw yg dinamakan olh ahkinsejarah tiongkok. Kho Po adl tanah jawa dan Holing adl kerjaan Kalingga di Jatim dan Si Mo ialah ratu simo
Ahmad Daulani mengatakan…
3. Kemudian sy kutip dari salah satu tulisan Prof. Buya Hamka bhw org yg pertama sekali ketika diceritakan asal usul masuknya islam ke pasai bhw syarif makkah menyuruh syeh dari mekah datang ke pasai dan agar singgah di negri malabar. Org yg ditemui di malabar itu adl seorang raja Sultam Muhammad yg merupakan keturunan dari sayiddina Abu Bakar Siddiq kemudian meninggalkan kerajaanx dan hidup sperti fakir. Ia dikelan dgn sebutan Fakir muhammad yg kemudian menyebarkan islam di wilayah2 melayu.

Ada juga sumber sejarah yg mengatakan islam masuk keaceh itu adl syeck abdullah arif yy datang dari Arab kemudian muridnya Burhanuddin menyebarkan islam diwilayah pariaman.

Sdgkn catatan raja2 Maluku yaitu tidore, bacan, tarnate, jailolo mereka ke empatnya adl keturunan empat bersaudara putra dari imam Jalal Shaduq keturunan Rasulullah thnx juga sekitar 600an M

Artinya bhw pemyebaran islam ke nusantara masih beragam menurut hasil penelitian. Sehingga tulisan menjadi pijakan awal bagi sy dan para peneliti selanjutnya utk menyimgkap fakta sejarahnya.

Insya allah kami kami segera melakukan seminar terkait hal tsb. Mohon doa dan dukungan dari pada tetua
Anonim mengatakan…
Ahmad Daulani mengenai sejarah nusantara kebetulan kurodongo di guru di heansa itupun hanya sedikit jari paanne kita boua te acara dikita supaya kosesere hendongo dan bisa kita sampaikan ke ammai ida idana
Anonim mengatakan…
Mana yang dulua islam buton sama aceh atau buton sama jawa...dan bagaimana pula perjalan 4 utusan dari arab untuk mengislamkan buton..
Anonim mengatakan…
Bukan kah aceh itu cuma tempat persinggahan para utusan ini..belum sempat menyebarkan islam di sana dan mereka mengakui bahwa aceh adalah serambi mekah..
Ahmad Daulani mengatakan…
Lakarimu Fitrawan mgkn penjelasan sy diatas bisa relevan dgn pertanyaanx utk sementara 😄
Anonim mengatakan…
Lur biasa tulisannya bang.
Apalagi kalau di tambah dengan
Lokasi pertama mesjid itu di bangun.
Pansi tambah mantap.��
Ahmad Daulani mengatakan…
Hendrik Hoga kalau tidak salah sdh diceritakan dlm tulisan ini bangunan mesjid pertama ada dmna, dibaca lagi yah
Idrus LM mengatakan…
Ahmad Daulani nokala tanga nammansuana kua tetade numasigi dibente ana afana gambaran numia samia.
Dari tangga seperti kaki manusia yg terbaring
Terus sebelum masuk melangkah kedalam ada guci kiri kanan

Trus ada yg menyerupai jantung hati dan paru2.
Terus tegoje2 kiri kanan itu gunanya ubukan untuk musyawarah karna musyawarah itu dibaruga tapi sebelum nomaso na pagafe numasigi kua laro tabea karaka nokede diatu maka nokadunne sabaanne na mannusia nukahedupa maka amo nomasi. Jari oaka ako tehekairi iriiaa

Postingan populer dari blog ini

KAKADHO BHAA LASUNA

sumber foto : istimewa Meskipun makam ini sekarang tampak tak terurus dan sudah banyak yang melupakannya namun sosok yang ada dibaliknya adalah sosok yang sangat legendaris dan sangat mengemuka di negeri Kahedupa, negeri Buton dan negeri Pancana Muna pada akhir abad ke 16 Masehi.  Di Kahedupa ia bernama La Tingku, ia adalah salah satu bangsawan Kahedupa yang memimpin wilayah Tombuluruha. Ia juga dikenal sebagai ahli perang yang sangat handal sehingga di Kahedupa juga ia dikenal dengan nama Kakadho Tombuluruha.  Sezaman dengan La Tingku yang memimpin Tombuluruha, Kahedupa dimasa itu dipimpin oleh raja La Molingi sementara Buton di pimpin oleh Sultan Laelangi. Jauh sebelum masa itu sejatinya telah terbentuk persekutuan pertahanan keamanan baik keamanan luar maupun di dalam negeri yang terdiri dari 5 kerajaan yang digagas oleh Sultan Murhum. Persekutuan tsb dikenal dengan persekutuan BHARATA dengan Buton sebagai sentralnya. Kelima negeri itu adalah Buton, Kahedupa, Muna, Kolencusu dan Tiw

Kahedupa dan Sejarah Terintegrasinya

Jejak kerajaan Kahedupa masa lampau masih menyisakan banyak misteri sampai sekarang. Kahedupa yang awalnya adalah wilayah Sara-Sara Fungka (kepemimpinan Komunal) yang mana masyarakatnya menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme.  Kehidupan masyarakat Kahedupa pada zaman itu mendiami perbukitan/gunung (Fungka). Kehidupan masyarakat Kahedupa masih dibawah kendali Tetua sara-sara fungka yang terbagi menjadi tiga wilayah kekuasaan yaitu wilayah fungka Pangilia, wilayah fungka Patua dan wilayah fungka Horuo.  Serewaha adalah tetua wilayah fungka Pangilia, La Rahmani adalah tetua wilayah fungka Patua Bente dan Ta’ayomi adalah tetua wilayah fungka Horuo. Dari ketiga tetua sara-sara fungka yang pertama kali masuk islam adalah La Rahamani. Sebab La Rahamanilah yang banyak berinteraksi dengan orang-orang dari luar Kahedupa karena pelabuhan sentral pulau Kahedupa saat itu berada di sampua Buranga yang notabene adalah wilayah fungka Patua. Banyak yang keluar masuk melalui sampu'a Buranga Rom

Benteng Pale'a sebagai Pusat Peradaban Kaledupa

sumber foto : istimewa   Oleh : Ahmad Daulani Sama seperti kerajaan pada umumnya, Kaledupa yang memiliki histori panjang sebagai kerajaan vasal juga memiliki banyak peninggalan sejarah yang belum terungkap. Diantaranya benteng dan bukti fisik lainnya yang menurut masyarakat setempat memiliki peran dan makna penting dalam sejarah peradaban Kaledupa. Dipulau Kaledupa terdapat beberapa benteng peninggalan peradaban masa lampau yang menjadi warisan leluhur sebagai saksi sejarah sebagai hasil karya yang sangat mengagumkan oleh manusia sekarang. Ada 2 benteng besar yang masih tersisa meskipun sebagain sudah mengalami kerusakan karena dimakan usia dan tidak terawat lagi yaitu benteng Pale'a sebagai jejak peradaban Kaledupa sebagai kerajaan dan benteng Ollo sebagai jejak Kaledupa sebagai barata Kahedupa yang telah terintegrasi sebagai bagian dari wilayah kesultanan Buton. Benteng Pale'a sekarang terletak di desa Pale'a kecamatan Kaledupa Selatan Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara